Halaman
A.
Menganalisis Unsur-Unsur Syair yang
Diperdengarkan
Kemampuan apa yang harus kamu kuasai?
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini kamu diharapkan dapat:
1.
menganalisis unsur-unsur syair yang diperdengarkan
2.
menentukan unsur syair yang dianggap menarik/tidak menarik dengan memberikan
alasan yang logis.
Unit
5
Pariwisata
94
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Pada pembelajaran yang lalu kamu sudah mampu menganalisis unsur-
unsur syair yang diperdengarkan. Apakah kamu menemui kesulitan dalam
menganalisis unsur-unsur syair? Agar kemampuanmu semakin baik dalam
menganalisis unsur syair, ikutilah kegiatan lanjutan dari kegiatan sebelumnya
berikut ini!
1.
Menemukan Unsur-unsur Syair yang Diperdengarkan
Bapak/Ibu guru akan memperdengarkan rekaman pembacaan syair.
Teks syair berikut ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk dibacakan.
Mintalah salah seorang temanmu untuk membacakan syair berikut ini.
Pungguk bermadah seraya menawan
Wahai bulan terbitlah tuan
Gundahku tidak berketahuan
Keluarlah bulan tercelah awan
Sebuah tilam kita berpadu
Mendengarkan bunyi pungguk berindu
Suaranya halus tersedu-sedu
Laksana orang berahikan jodo
Setelah syair kamu dengarkan kerjakan soal-soal berikut ini!
A. Jelaskan unsur-unsur syair di atas! Kerjakan dalam kolom berikut
ini!
No.
Unsur Syair
Uraian
1.
Tema
2.
Nada
3.
Suasana
4.
Pesan/amanat
B. Tunjukkan unsur syair yang menurutmu paling menarik! Jelaskan,
di mana letak daya tariknya. Sebaliknya, tunjukkan pula bagian
yang menurutmu kurang menarik. Mengapa unsur itu kurang
menarik bagimu?
95
Pariwisata
Apa yang kamu rasakan sekarang? Apakah kemampuanmu
menganalisis unsur intrinsik syair sudah makin meningkat?
Mestinya begitu. Agar kemampuanmu terus makin terasah,
banyaklah berlatih mendengarkan syair dengan cara berkelompok
agar kemampuan menyimakmu makin baik dan kemampuan
menganalisismu juga makin meningkat.
B.
Melaporkan Secara Lisan Berbagai Peristiwa
dengan Menggunakan Kalimat yang Jelas
Kemampuan apa yang harus kamu kuasai?
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini kamu diharapkan dapat
mendeskripsikan kejadian/peristiwa secara rinci dengan menggunakan kalimat yang
jelas.
Seorang pimpinan sering meminta laporan bawahannya baik secara
lisan maupun tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis reltif lebih
mudah disampaikan daripada laporan lisan, sebab dalam laporan tertulis
masih ada tenggang waktu yang digunakan untuk berpikir dalam
melaporkan kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi. Laporan secara
lisan dapat dilakukan dengan mencatat garis besar peristiwa. Agar laporan
yang kita sampaikan dapat ditangkap isinya dengan mudah, laporan harus
disampaikan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang efektif dan
komunikatif.
Banyak kejadian, peristiwa, atau kegiatan penting yang dapat
dilaporkan secara lisan. Peristiwa-peristiwa semacam itu juga banyak terjadi
di lingkungan sekitarmu, baik lingkungan rumah maupun sekolah. Peristiwa
dilingkungan sekolah yang dapat dilaporkan secara lisan misalnya seminar
tentang Penanggulangan Narkoba, lomba-lomba dalam
class meeting
, karya
wisata, studi banding, atau peristiwa-peristiwa penting lainnya.
96
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
1. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam
Menyampaikan Laporan
Melaporkan berarti memberitahukan suatu kejadian, peristiwa atau
keadaan kepada orang lain. Kegiatan melaporkan dapat dilakukan dalam
berbagai hal, misalnya laporan kegiatan, perjalanan, dan lain-lain.
Laporan kegiatan memuat:
a. kronologi kegiatan
b. isi kegiatan
c.
hasil kegiatan dan rencana tindak lanjut.
Kamu tentu pernah melakukan perjalanan, misalnya karya wisata atau
piknik. Pada akhir kegiatan semacam itu biasanya kamu akan dituntut untuk
meyampaikan laporan hasil kegiatan yang dilakukan. Laporan dapat
disampaikan secara lisan maupun tertulis. Laporan yang disampaikan secara
tertulis mengikuti kaidah-kaidah penulisan laporan (karya tulis ilmiah).
Sedangkan laporan perjalanan yang disampaikan secara lisan berupa
tuturan yang melukiskan suatu pengalaman selama dalam perjalanan.
Dalam melaporkan peristiwa kita dapat berpedoman pada jawaban
atas pertanyaan 5 W + 1 H, yaitu:
a.
what
: peristiwa apa yang sedang terjadi, misalnya study banding.
b.
where
: di mana peristiwa itu terjadi, misalnya SMP N 1 Bandung.
c.
when
: kapan kejadiannya, misalnya setelah liburan semester I.
d.
why
: mengapa peristiwa itu dapat terjadi, misalnya untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi siswa.
e.
who
: siapa saja yang terlibat dalam peristiwa itu, misalnya siswa,
guru, dan kepala sekolah.
f.
how
: bagaimana tindak lanjut atau upaya pemecahan masalah dalam
peristiwa itu, misalnya hasil study banding diterapkan di sekolah.
a. Sampaikan laporan secara lisan perjalanan yang pernah kamu
lakukan, misalnya
study tour
atau karya wisata.
b. Buatlah kerangka laporan.
c. Sampaikan laporan berdasarkan kerangka yang sudah kamu buat.
Laporkan dengan sikap yang baik. Gunakan bahasa yang baik
dan benar, dengan kalimat yang efektif dan komunikatif, serta
dengan pilihan kata yang menarik.
Berikan penilaian terhadap penampilan temanmu secara
bergantian dengan menggunakan rubrik penilaian berikut ini
97
Pariwisata
Rubrik Penilaian
Melaporkan Secara Lisan Berbagai Peristiwa dengan Menggunakan
Kalimat yang Jelas
No.
Aspek
Skor
1.
Sikap
a.
sangat tenang skor 3
b.
kurang tenang skor 1
........
2.
Kelancaran
a.
sangat lancar skor 5
b.
cukup lancar skor 3
c.
kurang lancar skor 1
........
3.
Struktur kalimat
a.
Kalimat-kalimatnya lengkap, benar, dan
baik skor 5
b.
Kalimat-kalimatnya ada beberapa yang
tidak lengkap skor 4
c.
Kalimat-kalimatnya banyak yang tidak
lengkap dan tidak benar skor 3
d. Kalimat-kalimatnya sangat tidak lengkap
dan banyak yang salah strukturnya skor 2
........
4.
Penggunaan kata baku tidak baku
a.
Kata-kata yang digunakan baku skor 5
b.
Ada beberapa kata tidak baku yang
digunakan skor 3
c.
Banyak sekali menggunakan kata-kata tidak
baku skor 1
........
5.
Pemilihan kata dan kosa kata
a.
Tidak pernah menggunakan pilihan kata
yang salah skor 2
b.
Sering menggunakan pilihan kata yang tidak
tepat skor 1
........
Jumlah
........
Keterangan:
Jumlah skor maksimal 20
Nilai: jumlah skor x 5 = ............
98
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Apa yang kamu dapatkan dari pembelajaran ini? Apakah kamu
sudah mampu melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan secara
lisan? Bila kemampuanmu yang kamu miliki belum maksimal, kamu
harus terus berlatih mengasah kemamuan berbicara yang kamu
miliki. Keterampilan berbicara dapat ditingkatkan dengan banyak
berlatih. Dengan banyak berlatih kamu akan terbiasa berbicara di
depan umum. Dengan demikian, kamu akan mampu menguasai
keadaan, selanjutnya dengan tenang akan dapat berbicara dengan
baik di muka umum.
3. Menggunakan Kalimat dengan Inversi
Dalam melaporkan suatu peristiwa tidak jarang kita menggunakan
kalimat dengan susun balik atau inversi. Perhatikan contoh kalimt berikut.
a. Berlari-lari ke sini anak itu.
b. Ada pertanyaan?
c.
Datang juga dia.
d. Marah benar engkau.
Pada contoh-contoh kalimat tersebut verba terletak di depan nomina.
Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah predikat subjek(PS). Kaliat yang
pola urutannya seperti tersebut disebut kalimat
inversi, yaitu kalimat yang
urutannya terbalik.
Buatlah sepuluh kalimat inversi tentang pariwisata seperti contoh
di atas!
Memahami dan Menggunakan Imbuhan ter-, ter-kan, ter-i
a. Memahami dan menggunakan Awalan ter-
Arti awalan ter-
1) Kesebelasan Brazil sering menjadi tim sepak bola terkuat di dunia.
Arti imbuhan ter : menyatakan paling (paling kuat)
2) Mendengar berita yang mengejutkan itu aku terduduk.
Arti imbuhan ter : dengan tiba – tiba (duduk)
3) Rombongan kami masuk melalui pintu yang terbuka.
Arti imbuhan ter : dalam keadaan
4) Buku Ana terbawa oleh Sari.
Arti imbuhan ter : menyatakan perbuatan yang tidak disengaja
99
Pariwisata
5) Terdakwa perampokan itu telah ditangkap polisi.
Arti imbuhan ter : menyatakan orang yang di ....
6) Tulisannya bagus dan rapi, sehingga terbaca dengan jelas.
Arti imbuhan ter : dapat di ..........(dibaca)
Buatlah kalimat dengan kata-kata berawalan ter-berikut ini,
kemudian jelaskan artinya!
1. terindah
2. terjebak
3. terpedaya
4. tersandar
5. terangkat
b. Memahami dan Menggunakan Imbuhan ter-kan
Perhatikan contoh berikut ini!
1) Acara yang bagus itu terlewatkan begitu saja.
Arti imbuhan ter-kan pada kata terlewatkan adalah tidak
sengaja/tidak terasa dilewatkan.
2) Kebaikan-kebaikannya tak terlupakan sepanjang masa.
Arti imbuhan ter-kan pada kata terlupakan adalah tak dapat
dilupakan.
3) Kesedihan hatinya tak terlukiskan dengan kata-kata.
Arti imbuhan ter-kan pada kata terlukiskan adalah tak dapat
dilukiskan.
Susunlah lima kalimat dengan menggunakan kata berimbuhan ter-
kan dan jelaskan arti imbuhannya!
c.
Memahami dan menggunakan imbuhan ter-i
Perhatikan contoh berikut ini!
1) Mereka tidak merasa terbebani oleh tugas ini.
Arti imbuhan ter-i pada kata terbebani adalah mendapat beban.
2) Target itu telah terlampaui pada bulan kemarin.
Arti imbuhan ter-i pada kata terlampaui adalah dapat dilampaui
3) Pikiran anak-anak mulai teracuni tayangan-tayangan televisi yang
kurang mendidik.
Arti imbuhan ter-i pada kata teracuni adalah dimasuki/dipengaruhi.
100
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Susunlah lima kalimat dengan menggunakan kata berimbuhan ter-
kan dan jelaskan arti imbuhannya!
C.
Menganalisis Nilai-nilai Kehidupan pada
Cerpen-Cerpen dalam Satu Buku Kumpulan
Cerpen
Kemampuan apa yang harus kamu kuasai?
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini kamu diharapkan dapat:
1.
menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan
cerpen
2.
menentukan relevansi nilai-nilai dalam cerpen dengan kehidupan masa kini
Menganalisis cerpen sudah bebrapa kali kamu lakukan pada
pembelajaran yang lalu. Pada pertemuan kali ini kamu diajak untuk lebih
mendalami bagaimana menganalisis nilai-nilai kehidupan yang terdapat
dalam cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen.
1.
Membaca dan Menganalisis Unsur Intrinsik dalam
Cerpen
Bacalah cerpen berikut ini!
Berlayar ke Miangas
Cerpen Gerson Poyk
Di atas pesawat yang terbang dari Bandara Sukarno-Hatta menuju
Manado, tidak ada yang unik. Rasanya biasa-biasa saja. Sebelum transit
sebentar di Makassar, penumpang diberi aqua gelas plastik dan sepotong
lemper lebih besar sedikit dari ibu jari. Akan tetapi yang menarik adalah
tetangga dudukku. Di sebelah kananku jendela dan di sebelah kiriku seorang
wanita muda yang memperkenalkan dirinya sebagai dokter gigi. Ah, gigi lagi,
gigi lagi, aku benci gigiku, gigiku pernah diperkosa habis-habisan oleh
perempuan dokter seperti yang duduk di sebelah kiriku.
Aku tercenung mengenang pengalamanku dengan perempuan dokter
gigi yang pernah mencabut gigiku yang pecah sendiri dan setengahnya
tertancap di gusi atas mulutku. Ia mengatakan bahwa sepenggal gigi yang
tertinggal di gusi atasku harus dikeluarkan dengan operasi, bukan dicabut.
Maka sang dokter gigi itu mengoperasi gigiku. Namun walaupun tinggal
101
Pariwisata
setengahnya, kerasnya luar biasa sehingga ia berkeringat dingin mengomel
sendiri, begini, “Kalau obat anti nyerinya hilang tenaganya, waduh, akan
sakit. Apalagi umur Bapak sudah berkepala empat.”
Walaupun mulutku tak boleh berbicara, aku ikut mengomel, “Walaupun
sudah tua aku masih mencangkul kebun dan naik sepeda sepuluh kilometer
sehari dari kebun ke rumah. Pulang pergi dua puluh kilometer sehari!”
“Wah, Pak Tua kita ini superman. Cuma gigi yang kalah. Wah bagaimana
nih, sukar sekali menemukan kepingan gigi yang kecil dalam gusi Bapak.
Bagaimana nih?” gerutu sang dokter gigi.
Mendengar itu, rasanya aku mau bangun dan menggigitnya. Coba suntik
lagi obat anti nyeri. Sang dokter menyuntik lalu alat pencabutnya mengorek-
ngorek lubang gusiku.
“Tolong telepon anakku. Bilang aku dalam bahaya,” kataku kepadanya.
Ia menyuruh perawatnya menelepon anakku. Begitu anakku tiba, gigiku telah
tercabut! Aku begitu senang, dengan keberhasilannya sehingga aku berterima
kasih kepadanya. Mestinya aku marah tetapi aku tidak sampai hati
mengomelinya.
Ada lagi pengalaman buruk dengan dokter gigi di sebuah rumah sakit
swasta di Jakarta. Dokter gigi yang cantik itu ketika mengebor gigiku, asyik
berbicara dengan temannya. Ketika ia mengeluarkan bor gigi, benda
berbahaya itu menyerempet bibirku. Hampir saja aku sumbing. Semenjak itu
aku tak pernah lagi berobat kepadanya.
“Bapak tinggal di Manado?” tanya dia, sang dokter gigi di sebelah kiriku.
“Tidak,” kataku. “Saya akan meneruskan perjalanan ke Miangas,”
kataku.
“Bapak orang Miangas?” tanya sang dokter gigi.
“Tidak,” jawabku.
“Tinggal di Jakarta tapi saya berasal dari pulau Ndana.”
“Di mana pulau itu?” tanya dia.
“Pulau paling selatan di peta Indonesia.”
“Kawin dengan orang dari pulau paling utara,” katanya.
“Mengapa sendirian ke Miangas, tidak dengan nyonya?” sambungnya.
“Nyonya saya tinggal di Miangas, sekarang,” kataku.
“Ini namanya pisah pulau,” katanya.
“Ya, karena keadaan. Keadaan isteriku meminta ia harus tinggal di pulau
kecil, pulau yang dikelilingi ombak samudra.”
“Mengapa harus demikian?”
“Dia menderita penyakit jiwa. Lupa pada semua orang, bahkan anak
dan suaminya. Lebih celaka lagi ia suka lari dari rumah, mengembara tak
tentu arah. Pernah naik mobil sampai Cianjur, Karawang. Untung ada nomor
telepon di bajunya sehingga polisi dan satpam serta preman yang
menemukannya menelepon kami lalu kami jemput. Akan tetapi suatu hari,
sehabis saya mandikan dia, dia berpakaian bagus dan tiba-tiba, walaupun
dijaga ketat, dia bisa lari dari rumah tanpa nomor telepon di baju dan hilang
102
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
selama beberapa bulan. Saya menemukannya secara kebetulan ketika saya ke
kebun raya Bogor. Dia duduk di pintu gerbang sambil meminta-minta. Dia
lupa bahwa dia masih punya suami dan anak. Semenjak itu keluarga sepakat
untuk mengirimnya pulang ke Miangas.”
Mengapa tidak masukkan dia ke rumah sakit jiwa?”
Sudah, tetapi anehnya, dia bisa lari dari sana. Di rumah ia sering lari
melompati tembok setinggi tiga meter, di rumah sakit jiwa ia bisa lari menembus
pagar kawat berduri. Aneh, lecetnya segera sembuh sendiri tanpa obat,”
tuturku. “Sudah beberapa kali dia ditabrak kendaraan bermotor dan digotong
ke klinik dan rumah sakit tetapi kami dapat menemukannya kembali karena
ada nomor telepon di bajunya. Sudah beberapa kali pula ia dibuang dari
kendaraan umum.”
“Tragis sekali,” kata sang dokter gigi sambil menggigit bibir bawahnya.
“Mengapa tidak tinggal di Pulau Ndana dirawat oleh keluarga pihak suami?”
tanya sang dokter.
“Nenek moyang saya memang berasal dari Pulau Ndana tetapi kini pulau
itu kosong melompong. Karena takut akan seringnya kapal asing, terutama
kapal turis Australia ke sana maka kini ditempati oleh beberapa orang marinir
secara bergiliran. Tiap enam bulan ganti orang, seperti juga di Miangas,”
kataku.
“Saya juga akan bertugas ke Miangas selama enam bulan.”
“Seperti para marinir?” tanyaku.
“Ya. Saya perwira TNI Angkatan Laut.”
“Wau, mengapa tidak pakai seragam? Lagi menyamar untuk mencari
dan menjebak teroris?” kataku. Dia tertawa. Aku juga tertawa.
“Kembali ke isteri Anda. Apa kata dokter tentang penyakitnya?”
“Dementia,” kataku.
* * *
Kapal bertolak dari Pelabuhan Bitung menuju Miangas melalui
pelabuhan di beberapa pulau kecil di utara Sulawesi. Ketika kapal bersandar
di dermaga Miangas di pagi hari, aku terkejut melihat istriku berdiri di atas
timbunan karung-karung ikan asin dan kopra, menari-nari, melompat-lompat,
bernyanyi dan berpidato. Aku tak dapat menahan air mataku ketika bersandar
di geladak paling atas menunggu pintu kapal dibuka.
Tiba-tiba ada tangan halus menyorongkan tisu kepadaku. Aku
memandang wajahnya, wajah dokter gigi perwira TNI Angkatan Laut itu.
Setelah minum obat yang kubawa dari Jakarta, isteriku tenang kembali.
Ia tinggal di rumah saja dan makan teratur, tidur teratur selama sebulan tetapi
bulan berikutnya ketika obatnya habis dan mesti mengambilnya ke Jakarta,
isteriku kumat lagi. Namun ia tak bisa ke mana-mana lagi. Keluarga merasa
aman, kecuali semua nahkoda kapal yang bersandar karena istriku selalu
masuk ke kapal dengan tas lalu berceloteh bahwa ia ingin naik kendaraan
laut untuk mengurus keuangan. Mereka sedikit repot menggotong istriku
keluar dan menyuruhnya pulang.
103
Pariwisata
* * *
Selama tiga bulan di Miangas, aku memasang kincir angin di beberapa
titik pantai yang anginnya keras untuk memperoleh tenaga listrik. Listrik
yang diperoleh dari kincir-kincir anginku membuat Miangas, pulau kecil yang
berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Filipina itu terang benderang.
Kerajinan rakyat berkembang. Tukang-tukang membuat rumah knock
down dari batang kelapa tua, rumah yang indah memenuhi permintaan
beberapa Negara terutama Jepang, Eropa dan Amerika. Pabrik ikan kaleng
beberapa buah. Berton-ton ikan asin diekspor ke Afrika yang selalu kekurangan
gizi itu.
Orang-orang Sangie-Talaud pria dan wanita sangat musikal. Berlatih di
terang listrik di malam hari menghasilkan koor yang mendapat penghargaan
internasional di luar negeri. Hanya akulah yang masih tetap murung dalam
kabut perkawinanku.
Akan tetapi lambat laun Miangas menghilangkan duka nestapa
perkawinan kelabuku. Akan tetapi hal itu untuk sementara saja. Pada suatu
hari istriku menarik sebuah sampan kecil dan berdayung ke tengah laut untuk
mengurus keuangan - katanya kepada seorang anak kecil pemilik sampan
kecil pula. Maka hilanglah dia ditelan laut untuk selamanya.
Tidak lama kemudian, ketika kincir anginku sedang membawa cahaya
dan tenaga untuk kegiatan industri di pulau itu aku dan dokter gigi itu
menikah di pulau yang kecil itu. ***
Suara Karya,
Sabtu, 13 Januari 2007
Setelah kamu baca kutipan cerpen tersebut analisislah cerpen itu dari
unsur intrinsik! Kerjakan tugas ini secara berkelompok. Kerjakan
seperti dalam kolom berikut ini!
No.
Unsur Intrinsik
Ura
ian/Penjelasan
1.
Tema
2.
Tokoh
3.
Karakter tokoh
4.
Latar/seting
5.
Pesan/amanat
104
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Bacalah cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen. Setelah
kamu baca keseluruhan cerpen tersebut, tuliskan nilai-nilai
kehidupan yang terkandung di dalam setiap cerpen! Kerjakan
seperti dalam kolom berikut!
Nilai-nilai Kehidupan Cerpen dalam Buku Kumpulan Cerpen
Judul Buku Kumpulan Cerpen: .............................................
No.
Judul Cerpen
Nilai-nilai Kehidupan
Sekarang kemampuan analisismu tentu makin baik. Dengan makin
sering malakukan analisis cerpen dalam buku kumpulan cerpen,
makin banyak nilai-nialai yang kamu peroleh di dalamnya, bukan?
Nilai-nialai kehidupan itu tidak akan berarti apa-apa bagimu kalau
tidak kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ambil nilai-
nialai luhur dalam cerpen yang sudah kamu baca kemudian
terapkan nilai-nialai itu dalam kehidupan keseharianmu.
Menggunakan Imbuhan –is dan –isme
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini!
a. Para pendiri negara adalah
nasionalis
sejati. (orang yang memiliki sifat
nasional)
b. Semangat
nasionalisme
harus selalu dipupuk. (paham, pandangan, atau
aliran)
c.
Pianis
cilik itu memperlihatkan kebolehannya di depan publik. (ahli
bermain piano)
105
Pariwisata
Lengkapilah kalimat berikut ini dengan kata berimbuhan –
is,
atau
-
isme
yang tersedia pada lajur kanan!
1 . Indonesia tidak menganut perekonomian ...
2 . Pemilihan ketua OSIS berlangsung secara ...
3. ... group band itu digandrungi banyak
wanita.
4. Dampak ... bagi masyarakat kota adalah
munculnya perkampungan kumuh dan
kerawanan sosial.
5. Secara ... pasien telah dinyatakan
meninggal dunia.
a. kapitalis
b. vokalis
c.
selektif
d. klinis
e.
demokratis
f.
rasionalisme
g. nasionalisme
Tentukan makna imbuhan –is, atau –isme pada kata yang digunakan
dalam kalimat-kalimat berikut ini!
1. Di samping mengajar di perguruan tinggi negeri, beliau juga
kolomnis
terkenal di berbagai media cetak..
2. Basuki Abdullah seorang pelukis yang ternyata juga
humoris
.
3. Agar ekonomis matikan lampu setelah fajar mulai menyingsing.
4. Komunisme jelas-jelas bertentangan dengan ajaran agama.
5. Liberalisme
tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945.
D.
Menyunting Karangan dengan Berpedoman
pada Ketepatan Ejaan, Tanda Baca, Pilihan
Kata, Keefektifan Kalimat, Keterpaduan
Paragraf, dan Kebulatan Wacana
Kemampuan apa yang harus kamu kuasai?
Setelah mempelajari materi dalam kompetensi dasar ini kamu diharapkan dapat:
menyunting karangan dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan
kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana.
106
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Menulis sebuah karangan biasanya melalui beberapa tahap. Tahap-
tahap itu antara lain menentukan tema, menyusun kerangka karangan,
mengembangkan kerangka menjadi karangan, membaca kembali karangan
yang sudah dibuat, kemudian menyunting karangan. Sebuah karangan
setelah selesai ditulis harus dikoreksi atau disunting kembali untuk
mengetahui kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangannya,
selanjutnya memperbaiki dan menyempurnakannya.
Penyuntingan karangan meliputi ejaan, tanda baca, pilihan kata,
keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, serta kebulatan wacana.
Kemampuan menyunting sangat penting untuk dikuasai agar kamu dapat
menghasilkan karangan yang baik dan sempurna melalui kegiatan
menyunting.
1. Menyunting Penulisan Ejaan
Kesalahan penggunaan ejaan sering dilakukan dalam menulis karangan.
Penyuntingan penulisan ejaan meliputi pemakaian huruf (penulisan
huruf kapital, penulisan huruf cetak miring), penulisan kata (kata dasar,
kata bentukan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan,
partikel, singkatan, akronim), penulisan angka dan lambang bilangan,
penulisan unsur serapan, pemakaian tanda baca.
2. Menyunting Tanda Baca
Kesalahan penggunaan tanda baca sering dilakukan oleh penulis
terutama penulis pemula. Penyuntingan tanda baca meliputi pemakaian
tanda titik, koma, titik dua, titik koma, tanda hubung, tanda kurung,
tanda kurung siku, tanda pisah, tanda tanya tanda seru, tanda petik
dua, tanda petik satu. Penjelasan mengenai pemakaian tanda baca ini
dapat dilihat pada Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD).
3. Menyunting Pilihan Kata
Tulisan dapat dianggap kurang baik jika pilihan katanya kurang tepat.
Pilihan kata sangat berkaitan dengan makna. Pilihan kata yang tepat
dan sesuai akan membantu pembaca dengan cepat memahami maksud
penulis. Kata-kata yang memiliki kesamaan makna dalam konteks
tertentu akan menimbulkan makna yang berbeda. Di sinilah pentingnya
pemilihan kata yang tepat bagi penulis dalam menyampaikan
gagasannya.
4. Menyunting Ketidakefektifan Kalimat
Kalimat merupakan perwujudan utama dalam pemakaian bahasa.
Dalam berbahasa baik lisan maupun tertulis, seseorang tidak
menggunakan kata-kata secara lepas, tetapi kata-kata itu dirangkai
menjadi menjadi kalimat.
107
Pariwisata
Kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat dapat dikatakan efektif
apabila kalimat itu menyatakan gagasan secara logis. Kalimat itu
bermakna tunggal, kalimat itu menggunakan kata yang konseptual,
lugas, dan baku, kalimat itu gramatikal, kalimat tidak rancu, kaliat itu
tidakmenggunakan kata-kata yang mubazir, kalimat itu ditulis dengan
tata tulis yang benar.
5. Menyunting Kepaduan Paragraf
Padu atau tidaknya sebah paragraf dapat disebabkan oleh ada atau
tidaknya kalimat yang tidak diperlukan atau kalimat sumbang yang
tidak ada hubungannya sama seklai dengan paragraf. Sebuah pragraf
dikatakan padu apabila gagasannya utuh, serta paparan pragraf
lengkap.
6. Menyunting Kebulatan Wacana
Kebulatan wacana dapat dilihat dari keseluruhan karangan. Adakah
paragraf dalam karangan itu yang tidak sejalan dengan gagasan secara
keseluruhan dalam karangan. Jika ada maka paragraf itu harus
disunting dengan menghilangkan atau dengan memperbaiki sesuai
dengan gagasan keseluruhan karangan.
A. Suntinglah kalimat-kalimat berikut ini sesuai dengan pedoman
penyuntingan di atas!
1) Dalam pertemuan itu membahas upaya meningkatkan
kunjungan wisatawan ke Indonesia.
2) Kunjungan wisatawan pada bulan Nopember mengalami
penurunan.
3) Pantai senggigi di Lombok sebenarnya tidak kalah menawan
dari pantai Kuta.
4) Para pengunjung pantai parangtritis terbuai oleh panorama
alam yang sangat mempesona sekali.
5) Setiap pengunjung obyek wisata wajib membayar retribusi
Rp. 5.000,-.
6) ’Kami biasanya selalu menyempatkan waktu luang sebulan
sekali untuk mengunjungi tempat-tempat rekreasi,’ kata salah
seorang pengunjung.
7) Drs Sapto Raharjo SE selaku kepala pengelola Taman Hiburan
itu berharap agar pengunjung selalu meningkat dari waktu
ke waktu.
8) Pada beberapa waktu yang lalu ada seorang penjahat yang
gugur di obyek wisata ini.
108
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
B. Suntinglah karangan berikut ini!
Pariwisata Bangka Belitung Tumbuh 10 Persen
Sektor pariwisata di Propinsi Bangka Belitung tahun 2007 diharapkan
tumbuh sekitar 10 persen dibanding tahun 2006 dengan makin intensifnya
promosi pariwisata serta pembenahan obyek-obyek wisata.
Ketua Bappeda Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Yan
Megawandi, Senin menyatakan
pertumbuhan sektor pariwisata
memberikan dampak ikutan yang
cukup besar bagi masyarakat dan
pelaku usaha didaerah serta industri
pendukungnya.
Pariwisata dijadikan sektor andalan Babel, setelah pertambangan,
perkebunan, dan industri. Pemerintah menginginkan penetapan itu diikuti
dengan makin bertambahnya wisatawan yang datang dan tumbuhnya
kegiatan konvensi.
Para wisatawan yang datang ke Bangka lebih dititik beratkan pada
wisatawan nusantara. Letak yang dekat dari Jakarta dengan 45 menit
penerbangan menjadi faktor menguntungkan dalam mendatangkan
wisatawan dari Jakarta.
Bila daerah itu mempromosikan objek wisata dan adat budaya
masyarakat hingga keluar negeri hasilnya belum akan terlihat dalam waktu
singkat sementara biaya yang dibutuhkan relatif besar.Lebih realistis bila
pelaku pariwisata menjaring wisatawan yang sudah berada di Jakarta agar
mau berkunjung ke Bangka Belitung.
Wisatawan asing dan nusantara yang berkunjung ke Pulau Bangka
mencapai angka 1000000 orang lebih, didasarkan data kedatangan
penumpang jalur udara dan laut serta tamu-tamu yang menginap di berbagai
hotel dan resor.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Pangkalpinang, Drs Akhmad Elvian MSi, menyatakan, animo wisatawan
terutama nusantara berkunjung ke Pulau Bangka dari waktu kewaktu makin
meningkat, dan agenda pariwisata yang digelar juga makin banyak.
Wisatawan yang datang ke Pulau Bangka biasanya datang untuk melihat
pesta keagamaan dan budaya seperti Pe Chun, sembahyang kubur, barongsai
dan menikmati keindahan pantai pasir padi, parai dan Tanjung Pesona. Selain
itu, wisatawan juga berasal dari peserta konvensi, expo dan eksebisi yang
mulai sering digelar di daerah itu.
Pasar bagi wisatawan nusantara ke Bangka adalah warga Pulau Jawa
dan propnsi tetangga di Sumbagsel, sementara untuk wisatawan asing adalah
orang yang memiliki keterkaitan sejarah seperti China, Hong Kong, Taiwan,
Singapura dan Belanda.
Kompas,
Selasa, 20 Februari 2007
109
Pariwisata
Pengalaman apa yang kamu peroleh dari pembelajaran ini? Kamu
sekarang mampu menyunting karangan, bukan? Kegiatan
menyunting merupakan tahap yang cukup penting dalam menulis
karangan. Kesempurnaan karangan dapat dilakukan melalui
tahap penyuntingan. Tingkatkan terus keterampilanmu
menyunting karangan denga nbanyak membaca kritis setiap tulisan
atau krangan. Keterampilanmu inidapat terus kamu asah dan kamu
perdalam. Kemampuan ini dapat menjadi bekal apabila kelak kamu
bekerja sebagai editor di sebuah penerbitan.
Menggunakan Kata Asing atau Kata Pungut (Serapan)
Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi menjadi dua golongan.
Pertama
,
unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti
reshufle, shuttle cock
. Unsur-unsur ini dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara
asing.
Kedua
, unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya
hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk aslinya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan menurut EYD antara
lain sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi
a
baal
bal
oktaaf
oktaf
ae jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin
hemoglobin
haematite
hematit
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel
kalomel
construction
konstruksi
cubic
kubik
classification
klasifikasi
cryistal
kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central
sentral
cent
sen
circulation
sirkulasi
cylinder
silinder
110
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation
akomodasi
acculturation
akulturasi
accumulation
akumulasi
acclamation
aklasmasi
cc di muka e dan i menjadi ks
accent
aksen
accessory
aksesori
faccine
faksin
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin
sakarin
charisma
karisma
crhomosome
kromosom
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon
eselon
machine
mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
check
cek
china
cina
c (Sansekerta) menjadi s
cabda
sabda
castra
sastra
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer
stratosfer
systeem
sistem
gh menjadi g
sorghum
sorgum
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek
politik
riem
rim
kh (Arab) tetap kh
khusus
khusus
akhir
akhir
ng tetap ng
contengent
kontengen
congres
kongres
oe (Yunani) menjadi e
oestrogen
estrogen
foetus
fetus
oo (Belanda) menjadi o
provoost
provos
komfoor
kompor
oo (Inggris) menjadi u
cartoon
kartun
pool
pul
oo (vokal ganda) tetap o
zoology
zoologi
coordination
kordinasi
ou menjadi u jika lafalnya u
gouvernur
gubernur
111
Pariwisata
coupon
kupon
contour
kontur
ph menjadi f
phase
fase
physiologi
fisiologi
q menjadi k
aquarium
akuarium
frequency
frekuensi
rh menjadi r
rhythm
ritme
rhetoric
retorika
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium
skandium
scrieptie
sripsi
sc di muka e, I, dan y menjadi s
scegraphy
senografi
sch di muka vokal menjadi sk
schema
skema
t di muka I menjadi s jika lafalnya s
ratio
rasio
action
aksi
th menjadi t
orthogrphy
ortografi
thecracy
teokrasi
c di muka e dan I menjadi ks
excess
ekses
exeption
eksesi
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
exclusive
eksklusif
y menjadi I juka lafalnya I
dynamo
dinamo
propyl
propil
psychology
psikologi
konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali jika membingnungkan
accu
aki
ferrum
ferum
tetapi:
mass
massa
aat (belanda) menjadi at
advokaat
advokat
age menjadi ase
percentage
persentase
-al, -eel (Belanda) –aal (Belanda) menjadi –al
structural
struktural
-ant menjadi –an
accontant
akuntan
-archy, -archie (Belanda) menjadi arki
anarchy
anarki
-tion, -tie (Belanda)menjadi -asi, -si
action, actie
aksi
112
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
-ic menjadi –ik
electronic
elektronik
-logue menjadi log
catalogue
katalog
-oir menjadi oar
trotoir
trotoar
-or, -eur (Belanda) menjadi –ur, ir
dirctor
direktur
amateur
amatir
-ty, -tiet (Belanda) menjadi –tas
university
universitas
-ure, uur (Belanda) menjadi –ur
structure, struktuur
struktur
Bacalah buku pedoman pembentukan istilah asing agar kamu dapat
menggunakan istilah-istilah asing sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.
Bentuklah kelompok yang terdiri atas empat orang. Tentukan
penulisan yang benar kata pungut yang telah digunakan dalam
bahasa Indonesia berikut ini!
No.
Tidak Baku
Baku
1.
crhomosome
2 .
fossil
3.
psychology
4.
formateur
5.
kwaliteit
6.
oktaaf
7.
aerodinamics
8.
hydraulic
9.
cubic
10.
classification
11.
cryistal
12.
cylinder
13.
accumulation
14.
acclamation
15.
faccine
Lakukan kegiatan ini dengan cepat. Kelompok yang paling cepat
mendapat tambahan nilai 10, urutan kedua 9, urutan ketiga 8 dan
seterusnya ditambah dengan jumlah jawaban benar. Kelompok yang
memperoleh nilai paling banyak berhak mendapat hadiah bintang lima.
Sedangkan kelompok yang memperoleh nilai paling sedikit harus
mendapat hukuman menyanyi di hadapan teman-teman di depan kelas.
113
Pariwisata
Carilah sepuluh kata asing dari koran atau majalah kemudian
buatlah kalimat baru dengan kata-kata tersebut!
Syair merupakan salah satu bentuk puisi lama. Sebagai sebuah puisi,
syair adalah sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur pembangun.
Unsur-unsur itu bersifat padu karena tidak dapat dipisah-pisahkan tanpa
mengatikan dengan unsur yang lain. Unsur syair terdiri atas unsur fisik dan
unsur batin. Unsur fisik syair terdiri atas baris-baris yang bersama-sama
membangun bait-bait. Selanjutnya bait-bait itu membangun keseluruhan
makna. Struktur fisik puisi memiliki kekhasan tersendiri dengan ciri-ciri yang
melekat padanya. Sedangkan struktur batin puisi atau disebut unsur intrinsik
meliputi tema, nada, suasana, dan pesan atau amanat. Unsur intrinsik puisi
dapat ditemukan setelah keseluruhan isi syair didengark atau dibaca.
Melaporkan berarti memberitahukan sesuatu kepada orang lain. Laporan
dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis. Laporan yang disampaikan
secara tertulis reltif lebih mudah dibuat daripada laporan lisan, sebab dalam
laporan tertulis masih ada tenggang waktu yang dapat digunakan untuk
berpikir dalam melaporkan kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi.
Laporan secara lisan dapat dilakukan dengan mencatat garis besar peristiwa.
Agar laporan yang kita sampaikan dapat ditangkap isinya dengan mudah,
laporan harus disampaikan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang
efektif dan komunikatif. Agar laporan yang disampaikan lengkap dan rinci
laporan dapat disampaikan dengan berpedoman pada 5W = 1H (what, when,
where, who, why, how). Banyak kejadian, peristiwa, atau kegiatan penting
yang dapat dilaporkan secara lisan, misalnya kegiatan karya wisata, kegiatan
lomba, peristiwa hangat di sekolah dan lain-lain.
Unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen meliputi tema, tokoh, karakter
tokoh, alur, latar, serta pesan/amanat. Nilai-nilai kehidupan dapat ditemukan
cerpen. Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen terdapat dalam pesan atau
amanat. Pesan atau amanat dalam cerpen dapat disampaikan oleh pengarang
secara langsung, melalui peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh, atau melalui
percakapan-percakapan tokoh. Nilai-nilai kehidupan itu dapat berupa moral,
agama, kejujuran, tanggung jawab, harga diri, tenggang rasa, dan lain-lain.
Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen dapat ditemuan setelah seluruh isi cerpen
selesai dibaca dan dipahami isinya.
Menyunting artinya menyiapkan naskah siap cetak atau siap diterbitkan
dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa.
Penyuntingan segi bahasa meliputi ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan
kalimat, kepaduan pragraf, dan kebulatan wacana. Kegiatan menyunting
merupakan tahap yang cukup penting dalam menulis karangan.
Kesempurnaan karangan dapat dilakukan melalui tahap penyuntingan.
114
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
1. Dengarkan syair yang akan dibacakan oleh Bapak/Ibu Guru! Tentukan
nada dan suasana isi syair yang kamu dengarkan! Teks syair dapat
diambil dari lampiran buku ini!
2. Bacalah kutipan cerpen berikut ini, kemudian tentukan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya!
Dendang Sepanjang Pematang
Cerpen: M. Arman AZ
Adalah kenangan yang menghimbauku untuk menengok pohon randu
itu. Letaknya menjorok sekitar sepuluh meter di sebelah kiri jalan masuk
kampung. Dahan-dahannya seperti masa lalu yang merentangkan tangan.
Aku tergoda untuk membelokkan langkah ke sana. Bersijingkat menyibak
rimbun ilalang setinggi pinggang.
Ohoi, pohon randu, inilah dia si anak hilang. Lama sudah dia tak pulang.
Sambut dan peluklah dia sepenuh kenang.
Kutelisik sisi belakang batang randu itu. Sekian tahun silam, menggunakan
sebilah belati milik kakek yang kupinjam tanpa izin beliau, aku dan beberapa
teman bergiliran memahat nama kami di sana. Tak ada lagi ukiran nama kami.
Aku tersenyum kecut menyadari kebodohanku barusan. Bukankah pohon randu
terus tumbuh seiring guliran waktu? Kuletakkan pantat di tanah yang lembab.
Menyandarkan punggung di kekar batang randu. Kuhela napas haru. Aroma
humus dan ilalang mengepung dari segenap penjuru.
Dari pohon yang jadi tapal batas kampung ini dengan kampung seberang,
kusaksikan pagi menggeliat lagi. Ufuk timur perlahan benderang. Aku teringat
selembar kartu pos bergambar sunrise yang mengintip dari balik punggung
gedung-gedung pencakar langit. Seorang teman mengirimnya dari negeri yang
jauh. Konon dia sekarang jadi kelasi kapal pesiar. Entah di belahan dunia
mana dia kini berada. Masih ingatkah dia pada pohon randu ini? Masih ingatkah
dia pada Pak Narto, guru kami dulu? Andai dia tahu beliau telah mangkat,
sanggupkah dia lipat jarak dan waktu agar bisa ikut mengantar kepergiannya?
Kemarin siang, di tengah raung mesin pabrik, ponsel tuaku bergetar. Sebuah
nomor asing berkedip-kedip gelisah. Aku kaget mendengar suara Ayub. Dia
salah seorang sahabatku di kampung. “Pak Narto wafat!” jeritnya dari seberang
sana. Sebelum mengakhiri percakapan yang tergesa-gesa, Ayub minta tolong
agar kabar duka itu kusampaikan secara berantai ke teman-teman lain. Kutimang
ponsel dengan gamang. Kenangan kampung halaman begitu menyentak.
Aku tertegun menatap rumah Ayub. Dindingnya dari papan. Di samping
kiri ada tumpukan kayu bakar. Tanaman hias memagari rumahnya. Ada
kuntum kembang sepatu dan melati baru mekar. Sedap dipandang mata. Di
depan rumah ada bale-bale bambu. Ruas-ruasnya sudah renggang. Kuucap
salam di depan pintu yang separuh terbuka. Terdengar sahutan, langkah
115
Pariwisata
tergopoh, dan derit pintu yang dikuak.
“Man?!” Dia terperangah. Aku tersenyum. Sudah lama kami tak bersua.
Detik itu juga, waktu seolah berhenti ketika kami saling berpelukan.
“Baru datang? Wah, pangling aku. Gemuk kau sekarang. Sudah jadi
orang rupanya. Ah, sampai lupa aku. Ayo masuk.” Runtun kalimatnya. Dia
tepuk-tepuk dan rangkul bahuku. Aku duduk di kursi rotan ruang tamu. Tas
kecil kuletakkan di lantai semen. Ayub memanggil istrinya. Dikenalkan
padaku seraya minta dibuatkan dua gelas kopi.
ajah Ayub yang sesegar pagi cepat menghapus letihku. Diam-diam
kucermati sosoknya. Ia memakai kaos putih lusuh dan celana panjang hitam.
Tubuhnya kekar. Kulitnya legam. Urat-urat lengannya menyembul keluar.
Ketika senyum atau bicara, gigi putihnya berderet rapi. Dengan penuh
keluguan ia dedahkan hidupnya kini.
Dari semua nama yang terpahat di batang randu, cuma Ayub yang masih
setia pada kampung ini. Yang lainnya telah pergi menyabung nasib ke kota,
ke pulau seberang, bahkan ke negeri orang. Ayub hidup dari mengurus sawah
dan ladang warisan orang tua. Katanya, meski sempat diserang hama wereng,
panen dua bulan lalu cukup lumayan. Hasilnya digunakan untuk menyulap
tanah kosong di belakang rumah jadi empang. Dia pelihara ikan mas dan
gurami untuk menambah penghasilan.
Aku ngilu waktu Ayub menyuruhku menginap di rumahnya. Tawaran itu
menohok batinku. Aku tak punya apa-apa lagi di sini. Setengah windu setelah
Emak menyusul Abah ke liang lahat, aku dan tiga saudaraku sepakat menjual
sawah dan rumah. Kami ingin merantau. Mencari nasib yang lebih baik. Setelah
hasil penjualan dibagi rata, kami pun berpencar ke penjuru mata angin.
Bagaimana menguraikan keadaanku pada Ayub? Aku cuma buruh pabrik
tekstil di pulau seberang yang gaji tiap bulan ludes untuk menghidupi istri
dan empat anak yang masih kecil. Bedeng kontrakan kami tak jauh dari
kawasan pabrik. Berhimpitan dengan bedeng-bedeng lainnya. Lingkungannya
kumuh, dikepung bacin selokan dan tempat pembuangan sampah. Kami
sudah biasa antre mandi, buang hajat, atau cuci pakaian di WC umum yang
ada di tiap pojok bedeng.
Ayub terpana mendengar ceritaku. Sambil terkekeh-kekeh dia menyela,
“Jangankan mengalaminya, membayangkannya saja aku tak sanggup.”
Menepis risau, kuraih gagang gelas. Kuseruput kopi yang dihidangkan
istri Ayub. Ah, kopi yang digoreng sendiri lebih nikmat rasanya. Sambil
menyulut rokok, Ayub berkata, “Kenapa tak pulang saja, Man? Beli sawah.
Bertani. Meneruskan tradisi keluarga kita dulu.”
Aku tercekat. Sekian lama di rantau, sekian jauh berjarak dengan
kampung halaman, tak pernah terbersit di benakku untuk pulang.
***
Sepanjang jalan menuju rumah duka, kami kenang kawan-kawan lama.
Maryamah, gadis lugu yang dulu pernah aku kesengsem padanya, kini jadi
biduan orkes dangdut. Namanya diubah jadi Marta. Kata Ayub, jangan harap
dia menengok jika dipanggil dengan nama asli. Darto, yang paling pintar di
kelas kami, jadi tukang becak di kota. Sebulan sekali dia pulang menjenguk
116
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
ibunya yang sakit tua. Aku kaget mendengar nasib Sumarno. Dia jadi bencong.
Ngamen di gerbong-gerbong kereta. Lantas kuingat Abas. Ayub bilang, dia
ketiban bulan. Hidupnya kini makmur. Mertua Abas orang kaya di kota
kecamatan. Abas ditugasi mengurus koperasi. Kesempatan itu tak disia-siakan
Abas. Dia pinjamkan uang pada orang-orang dengan bunga tinggi. Masih
kuingat guyonan tentang Abas dulu. Jika ketemu Abas dan ular sawah dalam
waktu bersamaan, lebih baik bunuh Abas duluan, sebab culasnya melebihi
ular. Dan si Ahmad, anak pendiam dan alim itu, sekarang nyantri di sebuah
pesantren di Madura.
Ah, waktu telah mengubah segalanya. Kisah teman-teman lama
membuatku takjub, heran, campur sedih. Hingga tak terasa tempat yang kami
tuju sudah di depan mata. Usai berdoa di sisi almarhum Pak Narto, kami
beringsut keluar dari ruang tamu. Duduk di seberang jalan dekat batang bambu
yang dihiasi kain kuning. Makin tinggi matahari, makin banyak pelayat
datang. Aku termangu menatap rumah duka itu. Ada tarup besar memayungi
halaman. Kursi-kursi plastik penuh terisi. Dari bisik-bisik yang kudengar,
Marta yang membayar sewa tarup dan kursi itu. Dia tak bisa datang melayat.
Dulu warga kampung ini hidup penuh harmoni dan bersahaja. Meski
tak ada hubungan darah, kami merasa selayaknya saudara. Kehidupan yang
lambat laun sekeras batulah yang memaksa kami untuk memilih. Merantau
jadi pilihan kami, anak-anak muda kala itu.
Sejauh-jauh terbang, warga kampung ini pasti mudik setiap lebaran. Cuma
aku yang jarang pulang semenjak tak ada lagi yang tersisa di sini. Begitu juga
jika ada yang meninggal, Kami yang di rantau pasti dikabari. Tapi, entah kenapa,
sampai jenazah Pak Narto berkalang tanah di pemakaman umum di pojok
kampung, hanya segelintir teman yang kutemui. Apakah sosok lelaki kurus
jangkung dan ramah itu telah lesap dari ingatan mereka? Apakah rutinitas
membuat mereka tak sempat lagi untuk sekedar menengok masa silam?
***
Hari kedua di kampung. Ayub mengajakku ke sawah. Pematang-pematang
itu sudah tak sabar menunggu jejakmu, guraunya. Di jalan, kami berpapasan
dengan warga yang hendak ke sawah atau ladang. Ada yang jalan kaki sambil
menenteng pacul di bahu. Ada yang menggoes sepeda. Aku terharu. Mereka
masih mengingatku dan meluangkan waktu sejenak untuk mengobrol.
Justru generasi muda kampung ini yang membuatku jengah. Beberapa
kali kulihat mereka memacu sepeda motor sesuka hati. Ngebut di jalan tanah
berbatu. Meninggalkan debu panjang di depan mataku.
Sawah Ayub beberapa puluh meter di depan sana, dekat rimbunan pohon
pisang. Ketika masih ngungun menatap hamparan permadani hijau itu, Ayub
mengajakku turun. Kapan terakhir kali aku meniti pematang? Alangkah jauh
masa itu kutinggalkan.
Ayub melenggang tanpa kuatir tergelincir ke lumpur sawah. Aku jauh
tertinggal di belakangnya. Melangkah tersendat-sendat sambil merentangkan
tangan untuk menjaga keseimbangan.
Lir ilir, lir ilir. Tandure wis semilir. Tak ijo royo-royo. Tak sengguh
temanten anyar...
117
Pariwisata
Hawa dingin meniup tengkukku ketika mendengar tembang gubahan
Sunan Bonang itu. Sempat terbersit untuk mengikuti Ayub berdendang
sepanjang pematang. Namun, entah kenapa, bibirku terasa kelu.
Dari huma beratap rumbia, kusaksikan Ayub berkubang di tengah sawah.
Batang-batang padi meliuk. Menimbulkan suara gemerisik ketika saling
bergesekan. Sepasang kepodang terbang melayang di keluasan langit. Suara
serunai terdengar sayu-sayup sampai. Entah siapa peniupnya.
Mendengarnya, aku seakan terhisap dan sesat dalam masa lalu.
Kami pulang menjelang petang. Memutari jalan kampung. Meski lebih
jauh jaraknya, tapi aku tak keberatan. Kami mau ke sungai tempat dulu biasa
berenang. Sesampainya di sana, hati-hati kami turuni tebing penuh lumut.
Aku rindu membasuh muka dengan air sungai. Kutangkupkan kedua telapak
tangan lalu kucelupkan ke dalam air. Ayub terkekeh-kekeh melihat kelakuanku
yang mirip anak kecil. Setelah segar kami pulang. Baru beberapa puluh
langkah menyusuri jalan sunyi, tiba-tiba Ayub mencekal bahuku. Tangannya
menuding rimbun ilalang yang bergerak-gerak mencurigakan. Aku ingat, Ayub
pernah membidik burung dengan ketapel. Bidikannya paling jitu di antara
kami. Burung itu jatuh dari dahan pohon. Menggelepar di semak-semak. Kami
mengendap-endap. Alangkah kaget kami memergoki pemandangan itu. Ada
sepasang remaja tanggung sedang asyik bercumbu.
Ayub menghardik mereka. Aku terpana. Merasa tertangkap basah, wajah
keduanya pucat dan merah padam. Mereka buru-buru membenahi pakaian
lalu setengah berlari menuju tempat motor diparkir. Kami kembali melanjutkan
langkah. Wajah Ayub kaku. Sepanjang jalan dia bersungut-sungut memaki
kelakuan dua anak tadi.
Harum bunga kopi merayap dibawa angin. Bintang bertaburan di langit
lama. Suara jangkerik dan kodok jadi musik alam. Aku serasa sedang berada
di sorga.
“Kampung kita sudah berubah, Man,” kata Ayub sambil menatap cahaya
kunang-kunang yang timbul tenggelam di rimbun ilalang.
“Ya, aku seperti orang asing di sini,” suaraku gamang.
“Semua teman kita pergi merantau. Jadi TKI, babu, atau buruh sepertimu.
Tetua kampung meninggal satu-satu. Apalagi sejak teknologi modern
menyerbu. Kampung kita makin kehilangan jati dirinya. Asal kau tahu, apa
yang kau lihat di tepi sungai tadi belum seberapa...”
Kalimat Ayub terakhir membuatku risau. Aku enggan bertutur lebih
banyak. Aku harus tahu diri. Setelah memilih jadi manusia urban, aku tak
punya kuasa apa-apa lagi di sini.
Izin cuti empat hari telah usai. Takziah tiga malam berturut-turut di rumah
almarhum Pak Narto telah kuikuti. Aku harus pulang pagi ini. Rindu kampung
halaman telah kutebus dengan hal-hal menyakitkan. Tapi biarlah kutelan
dalam hati saja.
Dengan motor tuanya, Ayub mengantarku ke pasar di kampung sebelah.
Di sana ada angkutan pedesaan yang trayeknya sampai ke terminal kota.
Dari terminal itu aku akan menyambung perjalanan ke pulau seberang.
118
Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs IX
Persis ketika kami lewati pohon randu itu, lagi-lagi Ayub mengimbauku
agar pulang saja. Sebenarnya tak ada lagi yang ingin kukatakan. Namun
sekedar menghibur diri, kukatakan pada Ayub bahwa aku punya mimpi yang
sederhana. Satu saat nanti, jika ada uang, aku mau pulang. Membeli sawah.
Bertani sambil beternak puyuh dan itik. Makan dari hasil keringat sendiri.
Hidup tenteram bersama anak istri.
Ayub berjanji kelak akan menagih mimpiku. Sementara aku
membayangkan omong kosong yang baru saja kuucapkan, cuma bisa
tersenyum giris...***
Sumber :
HTTP://KUMPULAN-CERPEN.BLOGSPOT.COM/
3. Perbaiki karangan berikut ini sehingga menjadi karangan yang baik dan
benar!
Kuta, Kampung yang Jadi Jantung Pariwisata Bali
Kuta, Bali diakhir tahun 1960an masih merupakan kampung nelayan,
dan petani yang sepi. Warganya menggantungkan hidup pada hasil ladang
dan tangkapan ikan yang tidak seberapa karena semua dikerjakan secara
tradisionil. Selanjutnya lalu serombongan turis datang mendirikan tenda dan
bermalam di pantai Kuta. Dan dari waktu ke waktu jumlah mereka bertambah
banyak. Para pelancong ini butuh toilet, kamar mandi, makan dan berbagai
kebutuhan lain di rumah-rumah penduduk.
Penduduk setempat yang masih
sangat sederhana itu kelabakan
menghadapi para orang-orang asing
tersebut. “Tiba-tiba saja muncul
hippies
nginap di pantai.” Mereka masuk
kerumah penduduk cari toilet dan
kamar mandi. Penduduk di sini
awalnya bingung. Tidak tahu
bagaimana caranya menerima turis-
turis itu. Penduduk hanya punya toilet
dan kamar mandi seadanya, bahkan
banyak yang tidak punya.
“Tetapi lama-kelamaan berdasarkan pengalaman dan diajari para turis
juga, warga akhirnya tahu apa yang harus dilakukan,” tutur Kepala Desa
Adat Kuta, Made Windra, di Legian, Kuta, Bali, akhir pekan lalu.
Kisah tentang keindahan Pantai Kuta dan pesona Bali yang eksotik dan
magis tersebar dari mulut ke mulut hingga menyebar ke mancanegara. Turis
dari berbagai penjuru angin berdatangan dan menjadikan Bali sebagai tujuan
utama untuk berlibur. Apa lagi di era 1980an, saat pariwisata mulai menjadi
industri yang menggiurkan.
***
.....................
Diambil seperlunya dari
Republika
,
Selasa, 22 Oktober 2002